Semoga bermanfaat.
Apa
bedanya hari ini dengan kemarin? Dari segi fenomena alam tak ada
bedanya sama sekali hari ini dengan hari kemarin dan hari-hari lain.
Hari ini matahari terbit dari timur. Kemarin pun sama. Kalau kemarin
panas terik, atau mendung, atau hujan, hari ini pun bisa panas terik,
atau mendung, atau hujan. Kitalah yang membuatnya berbeda, kitalah yang
membuatnya bermakna, kitalah yang membuatnya penting, sehingga kita
perlu berhura-hura untuk hal yang kita sendiri yang menjadikannya
sesuatu.
Bagi sebagian bangsa Mesir yang masih menggunakan
Kalender Qibti hari ini sama saja dengan kemarin, tak bermakna apa-apa.
Begitupun bagi bangsa Jepang yang masih menggunakan Kalender Jepang.
Juga komunitas muslim yang menggunakan kalender Hijriyah. Pun bagi
masyarakat Jawa yang masih menggunakan Kalender Jawa. Juga bagi
masyarakat India dan pemeluk Hindu yang masih menggunakan Kalender Saka.
Juga bagi pemeluk agama Yahudi yang masih menggunakan Kalender Yahudi.
Juga bagi masyarakat Tionghoa yang masih menggunakan Imlek atau Kalender
Tionghoa.
Inilah dunia. Serba relatif. Tak ada yang mutlak.
Kita menganggapnya begitu penting, karena kita bersepakat hari ini
adalah 1 Januari 2012 hari pertama di tahun 2012, dan kemarin 31
Desember 2011 hari terakhir di tahun 2012. Kita tak peduli orang lain
tak menganggapnya penting. Seperti kita tak peduli saat orang lain
menganggap hari yang kita anggap sama saja dengan hari yang lain sebagai
hari yang penting. Kenapa kita tak pernah hirau dengan sesuatu yang
relatif. Kenapa kita begitu memutlakkannya?
Pergantian waktu;
dari pagi ke siang ke sore ke malam hingga ke pagi lagi, yang kita
hitung sebagai pergantian hari adalah bagian dari sunnatullah. Lalu kita
bersepakat; setelah 7 kali hari berganti kita sebut pergantian minggu,
setiap sekitar 30 kali hari berganti kita sebut pergantian bulan, dan
setiap 12 kali pergantian bulan kita sebut pergantian tahun.
Agama Islam mengajarkan dalam setiap pergantian waktu setidaknya ada 5
hal yang perlu dilakukan; 1) bersyukur kepada Allah SWT atas karunia
umur sehingga kita sampai pada pergantian waktu itu, 2) muhasabatunnafsi
(introspeksi diri), 3) mohon ampun atas kekurangan-kekurangan yang
telah kita lakukan, 4) berusaha sekuat tenaga agar hari ini lebih baik
dari sebelumnya, 5) dan mohon kepada Allah SWT dengan penuh kepasrahan
(tawakkal) agar hari ini dan selanjutnya selalu dijaga dari
kekuarangan-kekurangan yang lalu dan selalu diberkahi-Nya.
Dengan menyikapi pergantian waktu seperti itu maka kita tak pernah
peduli dengan apa yang akan terjadi pada pergantian waktu itu. Kita
hanya berhak untuk berusaha sebaik-baiknya dalam setiap pergantian
waktu. Selebihnya adalah hak Allah SWT. Termasuk hak untuk mengakhiri
waktu, mengakhiri kehidupan, mengakhiri dunia ini. Beberapa waktu yang
lalu kita dicemaskan dengan ramalan tentang akhir kehidupan bagi alam
semesta ini pada 21 Desember 2012 nanti, yang konon berasal dari
penafsiran terhadap Kalender Maya.
Berbeda dengan kalender lainnya
yang berbasiskan bilangan 10 (desimal), sistem Kalender Maya berbasiskan
pada bilangan 20 (bi-desimal). Dengan metode penulisan 0.0.0.0.0 dan
kesukaan suku Maya dengan siklus 13 dan 20 maka posisi 13.0.0.0.0
sebagai angka terbesar dalam kalender Maya ekuivalen dengan 21-12-2012.
Nah setelah 13.0.0.0.0 kalender Maya tidak mengenal angka 13.0.0.0.1
atau yang lebih besar, karena akan kembali ke posisi 0.0.0.0.1, alias
angka paling kecil. Sebenarnya Bangsa Maya tak pernah memprediksi
tanggal 13.0.0.0.0 ekuivalen 21-12-2012 itu adalah akhir dunia. Kalaupun
iya, kenapa harus 21-12-2012 kalender Masehi? Kenapa bukan kalender
Hijriyah yang saat ini tahun 1433, atau kalender Jawa yang saat ini
Tahun 1945 Wawu, atau kalender Saka yang saat ini tahun 1390 Dalwu, atau
Kalender Bali yang saat ini tahun 1934? Kalender Jepang yang 2012 ini
tahun 2072, atau Kalender Tionghoa yang 2012 ini tahun 2563 Chia Gwee,
sudah pasti tidak dipakai karena akan ketahuan bohongnya.
Ramalan-ramalan tentang akhir dunia atau kiamat itu bohong belaka. Akhir
dunia adalah hak prerogratif Allah SWT. Kapanpun terjadi itu adalah
Mahakuasa-Nya, tak terpengaruh apalagi tergantung dengan ramalan
kalender-kalender bikinan makhluk-Nya. Pun pada ekuivalensi kalender
yang hegemonik pada semua sendi kehidupan dari otoritas dunia yang
kebetulan menggunakan kalender Masehi. Kita pun ternyata suka rela
dihegemoni. Wallahu a’lam.